Kamis, 05 Januari 2012
TAMANSISWA DULU DAN KINI
Pada tahun dua puluhan, tepatnya tgl 3 Juli 1922, terjadi peristiwa sejarah yang penting bagi perikehidup-an bangsa Indonesia, yaitu berdirinya lembaga perjuangan Perguruan Nasional Tamansiswa (Nationaal Onderwijs Ins-tituut Tamansiswa. Lembaga ini didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara, yang kemudian dikenal dengan Tokoh Pendidikan Nasional, bersama isteri dan kawan-kawannya. Berdirinya Tamansiswa memang tak dapat dilepaskan dengan kejuangan Ki Hadjar sebagai pendirinya. Semula Ki Hadjar mengarungi kejuangannya melalui jalur politik dan jalur media massa (pers) yang banyak membawa pengalaman "manis"; misalnya dibuang ke Belanda, dipenjara karena delik pers kolonial, ditangkap opsir Belanda, dsb. Pada tahun 1921 Ki Hadjar bersama teman-teman se-perjuangannya, antara lain Ki Ageng Soerja Mataram, Ki Soetatma Soerjokoesoemo dan Ki Soerjapranata, mulai me-ngadakan sarasehan "Selasa Kliwonan" guna membahas keku-rangberhasilan pergerakan nasional melalui jalur politik dan pers. Di dalam sarasehan ini ditemukan faktor yang dipandang sebagai penyebab kekurangberhasilan tersebut, yaitu belum tumbuhnya jiwa merdeka pada kalangan rakyat. Dan sarasehan pun memutuskan perlunya perlakuan tertentu untuk menanamkan jiwa merdeka bagi rakyat yang tertindas.
Sekolah Taman Siswa
Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru adalah:
- Ing ngarsa sung tulada ("(yang) di depan memberi teladan/contoh")
- Ing madya mangun karsa ("(yang)" di tengah membangun prakarsa/semangat")
- Tut wuri handayani ("dari belakang mendukung").
Ketiga prinsip ini digabung menjadi satu rangkaian/ungkapan utuh: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang sampai sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.
[sunting]Lihat pula
Sejarah Berdirinya Perguruan Tamansiswa Read more: http://smktamansiswa1.webnode.com/news/sejarah-berdirinya-perguruan-tamansiswa-jakarta/ Create your own website for free: http://www.webnode.com
Taman Karya Madya EkonomiSejarah Berdirinya Perguruan Tamansiswa Jakarta
2009-10-03 12:47
Sejarah berdirinya Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta
Atas permintaan penduduk dan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan rakyat di wilayah Kemayoran Ki Sarmidi Mangunsarkoro (Tokoh Tamansiswa dari Jogyakarta, ketika itu beliau menjabat Kepala HIS-Sekolah Dasar- Budi Utomo), dengan modal dana 500 gulden, Ki Sarmidi Mangunsarkoro bekerjasama dengan Ki Moh. Husni Thamrin -Tokoh Masyarakat Betawi-, pada tanggal 14 Juli 1929 mendirikan Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta dengan pimpinan Ki Moh. Husni Thamrin selaku Ketua Majelis Cabang dan Ki Sarmidi Mangunsarkoro selaku Ketua Majelis Perguruan. Diantara pengambil inisiatif pendirian Tamansiswa Jakarta antara lain Pak Angronsoedirdjo dan Basirun -warga masyarakat Kemayoran-. Tempat belajar untuk berguru di Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta terletak di Jalan Garuda No. 71 Kemayoran.
Anggota masyarakat yang tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang didirikan Belanda karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah, dapat menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tamansiswa, bahkan banyak diantara siswanya adalah putera-putera pejuang kemerdekaan.
Walaupun kemudian ada larangan belajar oleh Pemerintah Hindia Belanda, sebagian besar para siswa dan orangtua murid tetap mempertahankan belajar di Perguruan Tamansiswa. Dengan semakin banyaknya warga masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya di Perguruan Tamansiswa, rencana semula yang hanya akan membuka Taman Anak dan Kursus Guru, kemudian ditambah dengan membuka juga Taman Muda ( SD kelas IV sampai dengan Kelas VI ) dan Taman Dewasa ( MULO Tamansiswa ). Begitupun tempat belajar selain di Jalan Garuda No.71 juga menggunakan gedung di Jalan Garuda No. 73, 82, 52 dan 46 sekaligus untuk asrama siswa, tempat tinggal pamong dan pimpinan Perguruan. Selain itu membuka ranting perguruan di Jatibaru Tanah Abang, Petojo, Kebon Jeruk, Sawah Besar, Jatinegara dan Kramat dekat pasar genjing.
Oleh adanya konflik internal di Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta antara pamong dan pimpinan sehingga mengakibatkan sebanyak 22 orang pamong menyatakan keluar dan oleh sebab itu terlepas pula Ranting Tamansiswa di Petojo dan Kebon Jeruk dari Tamansiswa Cabang Jakarta, selanjutnya berdiri sendiri dan berganti nama menjadi Perguruan Budi Arti (Oktober 1934).
Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk menduduki daerah bekas Jajahan Belanda, awalnya kehadirannya disambut baik oleh sebagian besar rakyat termasuk orang-orang Tamansiswa, kedatangan bala tentara Jepang dianggap akan memberi kemerdekaan kepada Indonesia oleh karena itu sebagian pamong Tamansiswa menganggap perjuangan Tamansiswa sudah selesai, kemudian Ki Mangunsarkoro kembali ke Joyakarta dan sebagian pamong menjadi pegawai pemerintah.
Setelah ditutup lebih kurang dua tahun, maka berkat usaha Ki Moh.Said Reksohadiprodjo dan Ki R. Sukamto, Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta dibuka kembali pada 14 Juli 1944 dengan menempati 2 buah rumah sewa diujung jalan Kadiman ( sekarang Jl.Gunung Sahari IV) dengan menyelenggarakan Taman Indria dan Taman Muda. Ketua Perguruan dijabat oleh Ki R. Sukamto. Untuk memperkuat kedudukan Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta khususnya dari perundang-undangan pemerintahan pendudukan Jepang, maka Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta didaftar kepada Notaris dengan Akte Notaris R.Kadiman No.20 tertanggal 13 September 1944 dengan nama “ Tamansiswa Jakarta Syuu “. Mejelang akhir tahun 1944, rumah-rumah dikawasan jalan Kadiman termasuk rumah yang ditempati oleh Perguruan Tamansiswa harus dikosongkan karena akan digunakan untuk Markas Angkatan Laut Jepang atau Kaigun, namun berkat diplomasi Ki Moh. Said Reksohadiprodjo kepada komandan Angkatan Laut Jepang, khususnya dengan Kolonel Maeda maka Tamansiswa ditunjuk untuk menempati gedung bekas Rumah Sakit Palang Dua di Jalan Garuda No. 25 yang sudah lama ditinggalkan pemiliknya. Inilah yang sampai sekarang menjadi Gedung Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta Jalan Garuda No. 25 Kemayoran Jakarta Pusat .
Read more:http://smktamansiswa1.webnode.com/news/sejarah-berdirinya-perguruan-tamansiswa-jakarta/
Create your own website for free: http://www.webnode.com
Berdirinya Taman siswa
Tamansiswa Berdiri tanggal 3 Juli 1922 sampai 1930
Dengan bekal ilmu pendidikan yang diperoleh di negri Belanda dan nasionalisme Indonesia yang kuat, maka dua tahun setelah kembali ke Indonesia R.M Suwardu Surya ningrat mulai ikut terlibat secara langsung dalam dunia pendidikan. Pada awalnya ikut terlibat langsung di Sekolah Adidharma yang dikelola R.M. Soerjopranoto yang masih ada hubungan saudara dengan R.M. Suwardi Suryaningrat. Keterlibatan secara langsung memberi satu keuntungan baginya yaitu dapat melihat adanya persamaan dan perbedaan proses pendidikan di Indonesia dan di negri Belanda. Dengan demikian dapat diketahui segi kelemahan dan keunggulan masing-masing proses pendidikan tersebut.
Berawal dari melihat kenyataan prosess pendidikan yang ada di Indonesia dan di negri Belanda serta keadaan masyarakat bangsa Indonesia itu masih menyadarkan R.M. Suwardi Suryaningrat akan pentingnya pendidikan dalam upaya mengentaskan diri dari penjajahan dan meraih kemerdekaan dan kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Kesadaran berjuang tidak hanya melaui bidang politik saja tetapi dapat juga melalui bidang pendidikan mendorong R.M. Suwardi Suryaningrat untuk mendirikan suatu Perguruan Kebangsan Tamansiswa (National Onderwij Institut Tamansiswa) yaitu pengetahuan yang diperoleh di negri Belanda dan semangat perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
Perguruan Tamansiswa secara resmi berdiri pada tanggal 3 Juli 1922 di jalan Tanjung Yogyakarta tepatnya pada pada hari Senin Kliwon , didirikan oleh R.M. Suwardi Suryaningrat bersama dengan teman-temannya yang bergabung dalam perkumpulan Selasa Kliwonan. Yaitu antara lain R.M. Soetatmo Soerjokoesoemo, R.M.H Soerjo Putro, Ki Pronowidigno. Pendirian Perguruan Tamansiswa tidak lepas dari dukungan R.M. Soerjopranoto yang telah memberikan modal awal sarana belajar siswa yang belum sekolah untuk masuk Perguruan Tamansiswa maka R.M. Soerjopranoto memberikan siswanya yang telah diterima di Adidarma untuk pindah di Perguruan Tamansiswa, sebanyak satu kelas.
latar belakang taman siswa
latar belakang taman siswa
Artikel dan berita tentang latar belakang taman siswa mungkin telah berada pada daftar posting yang telah dipublis pada situs ini, namun mungkin anda belum menuliskan kata kunci yang tepat, bila belum menemukan yang sesuai dengan latar belakang taman siswa, Anda dapat melakukan pencarian dengan kata kunci yang lain, pada search di situs kafeilmu ini, atau dengan melihat daftar post berikut ini yang mungkin mempunyai materi yang diinginkan. Serta kami sertakan pula beberapa situs lain yang membahas latar belakang taman siswa. Anda juga bisa request untuk memuat artikel tentang latar belakang taman siswa pada kolom komentar. Bahkan anda dapat juga dapat mengirimkan artikel Anda ke email kami, mykafes@gmail.com.
“You Are The Media” Kompetisi KPost Optionsarya Ilmiah HMIK UI
Himpunan Mahasiswa ILmu Komunikasi Universitas Indonesia (HMIK UI) menyelenggarakan Pekan Komunikasi 2011 "You Are The Media" The Competition Call for Paper “Youth, Media and Participation” Jika ditanyakan, kelompok umur mana yang paling cepat tanggap terhadap perkembangan teknologi komunikasi dan informasi? Tak pelak lagi, jawabannya adalah khalayak muda. Kami mengundang teman-teman untuk turut menyumbangkan gagasan tentang [...]
Read more: http://kafeilmu.com/tema/latar-belakang-taman-siswa.html#ixzz1iaJsotYR
Sejarah Taman Siswa
Taman Siswa berdiri pada tanggal 3 juli 1922, Taman Siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb; sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.
Bebicara Taman Siswa tidak bisa lepas dari pendirinya yaitu Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara. Beliau mendirikan Tamansiswa bertujuan untuk pendidikan pemuda Indonesiadan juga sebagia alat perjuangan bagi rakyat indonesia. Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Taman siswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
A. BERDIRINYA TAMAN SISWA
Tamansiswa berdiri pada 3 juli 1922, pendirinya adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara. Awal pendirian tama siswa di awali dengan ketidak pusa dengan pola pendidikan yang di lakukan oleh pemerintah kolonial, karena jarang sekali Negara colonial yang memberikan fasilitas pendidikan yang baik kepada Negara jajahannya. Karena seperti yang di katakana oleh ahli sosiolog Amerika “pengajaran akan merupakan dinamit bagi system kasta yang di pertahankan dengan keras di dalam daerah jajahan”.
Bebicara Taman Siswa tidak bisa lepas dari pendirinya yaitu Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara. Beliau mendirikan Tamansiswa bertujuan untuk pendidikan pemuda Indonesiadan juga sebagia alat perjuangan bagi rakyat indonesia. Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Taman siswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
A. BERDIRINYA TAMAN SISWA
Tamansiswa berdiri pada 3 juli 1922, pendirinya adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara. Awal pendirian tama siswa di awali dengan ketidak pusa dengan pola pendidikan yang di lakukan oleh pemerintah kolonial, karena jarang sekali Negara colonial yang memberikan fasilitas pendidikan yang baik kepada Negara jajahannya. Karena seperti yang di katakana oleh ahli sosiolog Amerika “pengajaran akan merupakan dinamit bagi system kasta yang di pertahankan dengan keras di dalam daerah jajahan”.
Sebab itu maka di dirikanlah Taman Siswa, berdirinya Taman Siswa merupakan tantangan terhadap politik pengajaran kolonial dengan mendirikan pranata tandingan. Taman Siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Taman Siswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb, sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.
Dengan proses berdirinya Taman Siswa Ki hajar Dewantara telah mengesampingkan pendapat revolusioner pada masa itu, tapai dengan seperti itu secara langsung usaha Ki Hajar merupakan lawan dari politik pengajaran kolonial.lain dari pada itu kebangkitan bangsa-bangsa yang di jajah dan perlawanan terhadap kekuasaan kilonial umumnya disebut dengan istilah nasionalisme atau paham kebangsaan menuju kemerdekaan. Taman Siswa mencita-citakan terciptanya pendidikan nasional, yaitu pendidikan yang beralas kebudayaan sendiri. Dalam pelaksanaanya pendidikan Taman Siswa akan mengikuti garis kebudayaan nasional dan berusaha mendidik angkatan muda di dalam jiwa kebangsaan.
Pendidikan Taman Siswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.
Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tutwuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.
Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Taman Siswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antar tiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan.
Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).
B. REAKSI PEMERINTAH KOLONIAL TERHADAP TAMANSISWA
Taman Siswa bisa dianggap sebagai tempat pemupukan kader masyarakat Indonesia di masa mendatang dan yang sudah pasti akan berusaha pula untuk menumbangkan kekuasaan kolonial. Oleh karena itu pemerintah jajahan berusaha untuk menghalang-halangi perkembangan Taman Siswa khususnya, sekolah-sekolah partikelir umumnya. Sejak itu Taman Siswa akan menghadapi perjuangan asasi, melawan politik pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1931 timbul pendapat di kalangan orang Belanda yang memperingatkan pemerintah, bahwa apabila tidak diadakan peninjauan kembali atas pengajaran Gubernur, Taman Siswa akan menguasai keadaan dalam tempo sepuluh tahun.
Pemerintah konservatif Gubernur Jendra de jonge menyambut kegelisahan orang Belanda dengan mengeluarkan “ordonansi pengawasan” yang dimuat dalam Staatsblad no. 494 tanggal 17 September 1932. Isi dan tujuan dari ordonansi itu ialah memberi kuasa kepada alat-alat pemerintah untuk mengurus ujud dan isi sekolah-sekolah partikelir yang tidak dibiayai oleh negeri. Sekolah partikelir harus meminta izin lebih dahulu sebelum dibuka dan guru-gurunya harus mempunyai izin mengajar. Rencana pengajaran harus pula sesuai dengan sekolah-sekolah negeri, demikian juga peraturan-peraturannya. Ordonansi itu menimbulkan perlawanan umum di kalangan masyarakat Indonesia dan dimulai oleh prakarsa Ki Hadjar Dewantara yang mengirimkan protes dengan telegram kepada Gurbernur Jenderal di Bogor pada tanggal 1 Oktober 1932.
Pada tanggal 3 Oktober 1932 Ki Hadjar Dewantara mengirimkan maklumat kepada segenap pimpinan pergerakan rakyat, yang menjelaskan lebih lanjut sikap yang diambil Taman Siswa. Aksi melawan ordonansi ini disokong sepenuhnya oleh 27 organisasi antara lain Istri sedar, PSII, Dewan Guru Perguruan Kebangsaan di Jakarta, Budi Utomo, Paguyuban Pasundan, Persatuan Mahasiswa, PPPI, Partindo, Muhammadiyan, dan lain-lainnya. Juga golongan peranakan Arab dan Tionghoa menyokong aksi ini. Pers nasional tidak kurang menghantam ordonansi itu melalui tajuk rencananya. Moh Hatta sebagai pemimpin Pendidikan Nasional Indonesia, menganjurkan supaya mengorganisasi aksi yang kuat. Pada bulan Desember 1932 Wiranatakusumah, anggota Volksraad mengajukan pertanyaan pada pemerintah dan disusul pada bulan Januari 1933 dengan sebuah usul inisiatif.
Usul inisiatif yang disokong oleh kawan-kawannya di dalam Volksraad, berisi: menarik kembali ordonansi yang lama serta mengangkat komisi untuk merencanakan perubahan yang tetap. Budi Utomo dan Paguyuban Pasundan mengancam akan menarik wakil-wakilnya dari dewan-dewan, apabila ordonansi ini tidak dicabut pada tanggal 31 Maret 1933. Juga di kalnag para ulama aksi melawan ordonansi sekolah liar ini mendapat sambutan, terbukti dengan adanya rapat-rapat Persyarikatan Ulama di Majalengka dan Ulama-ulama Besar di Minangkabau. Pemerintah terkejut akan tekad perlawanan akan masyarakat Indonesia dan setelah mengeluarkan beberapa penjelasan dan mengadakan pertemuan dengan Ki Hadjar Dewantara, akhirnya dengan keputusan Gubernur Jenderal tanggal 13 Februari 1933 ordonansi Sekolah liar diganti dengan ordonansi baru.
Perlawan Taman Siswa terhadap ordonansni sekolah liar merupakan masa gumilang bagi sejarahnya, yang juga berarti mempertahankan hak menentukan diri sendiri bagi bangsa Indonesia. Sesudah itu Taman Siswa akan mengadakan lagi perlawanan terhadap peraturan pemerintah kolonial yang dapat dianggap merugikan rakyat. Pada tahun 1935 Taman Siswa mempunyai 175 cabang yang tersebar di sekolahnnya ada 200 buah, dari mulai sekolah rendah hingga sekolah menengah.
C. SIKAP TAMAN SISWA PADA REVOLUSI DAN INDONESIA MERDEKA
Pada saat setelah Indonesia merdeka Taman Siswa mengadakan Rapat Besar (Konprensi) yang ke-9 di Yogyakarta. Tapi dengan masa kemerdekaan ini tidak semua guru Tamansiswa menyadari akan dating juga masa baru untuk Perguruan nasional mereka. Dalam Rapat besar itu terdapat tiga pendapat di kalangan Tamansiswa dalam menghadapi kemerdekaan.
Pertama, pendapat bahwa tugas Taman Siswa telah selesai dengan tercapainya Indonesia merdeka. Karena menurut pendukung pendapat ini, peran taman siswa sebagai penggugah keinsafan nasional sidah habis, dan faktor melawan pemerintah jajahan tidak ada lagi.
Kedua, Taman Siswa masih perlu ada, sebelum pemerinta Republik dapat mengadakan sekolah-sekolah yang mencukupi keperluan rakyat. Lagi pula isi sekolah-sekolah negri pun belum dapat di ubah sekaligus sebagai warisan sistempengajaran yang lampau.
Ketiga, sekolah-sekolah partikelir yang memang mempunyai dasar sendiri tetap di perlukan, walaupun nantinya jumlah sekolah sudah cukup dan isinya juga sudahnasional.
Perbedaan pendapat di kalang Taman Siswa membawa dampak yang tidak bias di elakan, para pendukung pendapat pertama banyak yang meninggalkan Tamansiswa. Tamansiswa banyak di tinggalkan oleh pendukung akatif yang tahan uji. Namun hal ini tidak mengherankan karena sebenarnya orang-orang Taman Siswa hanya berpindah tempat mengisi kemerdekaan. Misal saja bapak Taman Siswa sendiri, Ki Hajar Dewantara, pada awal kemerdekaan menjadi mentri pendidikan , Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama di dalam pemerintahan. Bagi Taman Siswa sendiri yang terpenting ialah pembentikan panitia yang berkewajiban meninjau kembalinya peraturan tamansiswa dengan segala isinya. Panitia ini di ketuai oleh S. Manggoensarkoro dan kesimpiulan panitia ini diterima oleh Rapat Besar Umum (Kongres) V di Yogyakarta pada bulan Desember 1947.
Pada masa itu belanda telah mulai aksi militernya yang pertama pada 21 Juli 1947, sehingga Rapat Besar Umum, membahas tentang kedudukan cabang-cabang di daerah pendudukan. Kembali di daerah pendudukan Belanda muncul sebutan “sekolah liar” tapi tidak hanya sekolah partikelir saja tapi sekolah Republik pun dinyatakan “sekolah liar” ketika sekolah di Jakarta di tutup, maka gedung Taman Siswa di jalan Garuda 25 di banjiri oleh murid-murid. Semangat yang luar biasa di tunjukan oleh sekolah Tamansiswa yang berada di daerah pendudukan mereka berusaha mempertahankan sekolah mereka meski Majelis Luhur di Yogyakartatidak menyetujui di teruskanya sekolah di daerah pendudukan. Tapi akhirnya majelis Luhur mengizinkan untuk membvuka terus cabang-cabang Taman Siswa di daerah pendudukan.
D. TAMAN SISWA SETELAH KEMERDEKAAN
Salah satu masalah yang di hadapi Taman Siswa setelah kemerdekaan ialah meninjau kembalai hubungan dengan pemerintah kita sendiri, terutama dlam hal penerimaan subsidi.di kalang perguruan tinggi banyak perbedaan dalam menghadapi masalah ini, yaitu mereka yang dapat menerima subsidi itu dan di gunakan untu pengelolaan sekolah tapi tetap melihat berapa besar pengaruhnya agar tidak menggangu terhadap prinsip “ merdeka mengurus diri sendiri” dan mereka yang beranggapan agar melepas sikap oposisi seperti pada masa colonial karena tidak cocok dengan di Indonesia merdeka. Walaupun sempat di tahun 1946 adanya keterbukaan untuk mengenai menghadapi masa kemerdekaanuntuk merumuskan kembali sas dan dasar namun dalam pelaksanaanya mengenai subdidi ini masih banyak yang ingin memelijara keadaan seperti yang lalu.
Di kalangan para pemimpin sedikitnya tedapat dua pendapat atau aliran. Yang pertama aliran yang memnginginkan Taman Siswa terlepas dari system pendidikan pemerintah, merupakan lembaga pendidikan yang independen, hidup dalam cita-citanya sendiri dan terus berusaha agar sebagian masyarakat menerima konsep pendidikan nasional. Caranya ialah dengantetap mempertahankan system pondok yang relative terasing dari masyarakat sekitarnya. Aliran pemikiran yang kedua ialah mereka ber pendapat bahwa perkembangan masyarakat Indonesia baru sangat berbeda dengan keadaan zaman kolonial, oleh karena perubahan perlu di hadapi dengan pemikiran baru. Taman Siswa dapat menyumbangkan pengalaman dan keahlian untuk Menteri Pendidikan dalam usahanya mengembangkan kebijaksanaan politik pendidikan nasional.
Sekilas Info :
Kamu sedang membaca materi tentang Sejarah Taman Siswa dan kamu bisa menemukan artikel Sejarah Taman Siswa ini dengan urlhttp://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/05/sejarah-taman-siswa.html, kamu boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste artikel Sejarah Taman Siswa ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link Sejarah Taman Siswa sebagai sumbernya. Terima kasih... :DSelasa, 03 Januari 2012
DUNIA PENDIDIKAN Mendidik adalah Membangun Peradaban Masa Depan
MEMBUDAYAKAN BACA KORAN
Posted February 14, 2008 by kanguwesCategories: Inovasi
Tanggal 10 Februari yang lalu Presiden Soesilo Bambang Yudoyono pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) mencanangkan gerakan baca koran. Seruan ini tentu memiliki korelasi yang positif dengan dunia pendidikan terutama sekolah. Bagaimana peranan guru dalam mendorong upaya gerakan tersebut di sekolah? sejauh mana pula kebiasaan para guru dalam membaca koran dan kemudian menularkannya kepada anak didik? Read the rest of this post »
Comments: 18 Comments
KEPRIBADIAN PENDIDIKAN INDONESIA
Posted January 28, 2008 by kanguwesCategories: Evaluasi Pendidikan
Oleh : Iis Wasilah
Berbicara mengenai pendidikan dinegeri ini memang tidak akan pernah ada habisnya.Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, banga dan negara. sudahkan pendidikan kita sesuai dengan isi UU terebut? jawabannya tentulah belum. Read the rest of this post »
Comments: 15 Comments
Inginkah Berkualitas Pendidikan Bangsa
Posted January 24, 2008 by kanguwesCategories: Evaluasi Pendidikan
Oleh : Lamtiara Maha
Kondisi pendidikan di Indonesia sangat memperihatikan. Betapa tidak ! banyak sekolah-sekolah terutama didaerah-daerah terpencil yang sarana dan fasilitasnya terbatas. Bagaimana caranya agar pendidikan bangsa kita benar – benar berkualitas ? apakah
- Dilengkapi sarana dan fasilitas setiap sekolah yang memadai seperti computer, ruangan laboratorium praktek IPA, KIMIA,Internet.
- Dilengkapi perpustakaan yang referensi-referensi bukunya ada dari luar dan dalam negeri.
- Mengadakan study banding dari daerah ke pusat atau keluar negeri
- Mendatangkan guru – guru dari luar negeri seperti dari Amerika yang terkenal negara super power, jepang Belanda dll. Atau dari negara manapun yang berkualitas pendidikannya bagus. Read the rest of this post »
- Dilengkapi sarana dan fasilitas setiap sekolah yang memadai seperti computer, ruangan laboratorium praktek IPA, KIMIA,Internet.
- Dilengkapi perpustakaan yang referensi-referensi bukunya ada dari luar dan dalam negeri.
- Mengadakan study banding dari daerah ke pusat atau keluar negeri
- Mendatangkan guru – guru dari luar negeri seperti dari Amerika yang terkenal negara super power, jepang Belanda dll. Atau dari negara manapun yang berkualitas pendidikannya bagus. Read the rest of this post »
Comments: 8 Comments
MENYINGKAPI PELAKSANAAN “KTSP”
Posted January 23, 2008 by kanguwesCategories: Kurikulum
Oleh : ISRONI
Sejak ditetapkannya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang menggantikan kurikulum sebelumnya, yaitu KBK yang pelaksanaannya belum memberikan hasil yang optimal sesuai yang diharapkan oleh pemerintah. Dengan munculnya KTSP yang konon katanya kurikulum tersebut dapat mempermudah para guru dalam menentukan tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dan dapat digunakan atau dilaksanakan dimana saja, baik itu di kota maupun di daerah-daerah terpencil. Read the rest of this post »
Comments: 9 Comments
WAJAH BURUK PENDIDIKAN INDONESIA
Posted December 9, 2007 by kanguwesCategories: Evaluasi Pendidikan
Oleh : Neneng Hermawati
Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, sebab pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti sandang, pangan, dan papan, Namun, sangat miris rasanya melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini. Berbagai masalahpun timbul, mulai dari sarana yang tidak memadai, membengkaknya anak putus sekolah, kurikulum yang gonta-ganti, ketidakprofesionalan para pendidik, sampai kepribadian peserta didik yang jauh dari yang diharapkan. Read the rest of this post »
Comments: 34 Comments
ADA APA DENGAN GURUKU?
Posted December 9, 2007 by kanguwesCategories: Guru
Oleh : Yanti Safitri
Acap kali, dahulu semua lapisan masyarakat sangat menghormati jasa seorang guru. karena dengan adanya seorang guru kini masa depan generasi muda menjadi cerah, dan tidak ketinggalan dalam hal ilmu pengetahuan ataupun yang lainnya. karena dengan proses belajar mengajarlah seorang siswa dan guru akan bekerjasama untuk mensukseskan tujuan pendidikan tersebut.
Seorang guru akan berusaha mendidik siswanya sampai mereka mengerti dan paham atas apa yang diajarkannya, bahkan seorang guru rela berkorban demi menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas dalam ilmu pendidikan.
Akan tetapi, lain halnya dengan predikat guru saat ini, yang sudah mulai diabaikan bahkan oleh para siswa-siswinya sendiri. Ada apa dibalik semua itu? semua itu terjadi akibat kecerobohan guru itu sendiri. guru berusaha mendidik dan mengajarkan siswa-siswinya sampai mereka mengerti dan paham. bahkan seorang guru sangat sabar ketika menghadapi siswa yang sulit untuk dididik. akan tetapi ketelatenanlah yang menjadikan siswa-siswinya akhirnya dapat paham dan mengerti apa yang diajarkan oleh guru. namun semua pengajaran yang diberikan oleh seorang guru selama ini, terasa tidak ada artinya tatkala UN tiba. mengapa demikian? karena jika kita lihat dari awal siswa-siswi masuk sekolah mereka diberikan pemahaman-pemahaman dan pengajaran secara terus-menerus, akan tetapi tatkala UN itu tiba guru tersebut jugalah yang malah memberitahu atas kunci jawaban tersebut. karena kekhawatiran para guru terhadap siswa-siswinya tidak lulus saat UN.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa dengan sebuah nilai mereka dapat menyatakan sebuah kelulusan tanpa memikirkan kualitas dan jerihpayah seorang guru selama ini.
Para guru tersebut menganggap dengan seperti itu mereka menyayangi siswa-siswinya. padahal anggapan tersebut salah besar. justru malah mengajarkan para siswa-siswinya menjadi generasi muda yang tidak jujur. karena dengan tindakan seperti itu, selain menjadi bodoh juga secara tidak langsung telah melahirkan generasi muda yang tidak mandiri.
Comments: 17 Comments
UN, Salah Siapa?
Posted December 9, 2007 by kanguwesCategories: Evaluasi Pendidikan
Oleh : Yulia
Beberapa tahun ini, dunia pendidikan di Indonesia sedang gencar dalam meningkatkan “mutu pendidikan” yang diukur dengan lulus tidaknya seorang siswa dalam menghadapi Ujian Nasional (UN). Sehingga diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas untuk mendongkrak kesuksesan di masa depan. Akan tetapi, kelulusan tidak diputuskan oleh sekolah yang bersangkutan melainkan ditetapkan oleh pemerintah dan diukur dengan standar nilai yang telah ditentukan. Read the rest of this post »
Comments: 5 Comments
MOBILLE SCHOOL LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK MASYARAKAT YANG TERPINGGIRKAN DI KOTA BANDUNG.
Posted December 9, 2007 by kanguwesCategories: Metode pendidikan
Oleh : Yayu Nurbayanti
Deklarasi dakar tahun 2000 tentang pendidikan untuk semua (PUS) yang berisi 6 pokok, mengisyaratkan semua negara yang menandatangani meratifikasi UU pendidikan di negaranya masing-masing. Indonesiaadalah salah satu negara tersebut, melalui UU sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 mencanangkan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (Wajar Dikdas). Untuk itulah menuju PUS Indonesiamemakai Wajar dikdas sebagai Implementasinya. Read the rest of this post »
Comments: 2 Comments
GURU YANG SESUNGGUHNYA IKUT MENANGIS
Posted December 9, 2007 by kanguwesCategories: Guru
Oleh : Masmariah
Berangkat dari sebuah pertanyaan: “Siapakah yang patut disalahkan atas kebobrokan moralitas generasi bangsa pada masa pancaroba ini?”
Sungguh sebuah keprihatinan yang mengiris hati sanubari bagi orang-orang yang merindukan keluhuran moralitas, akhlak dan harga diri yang bernilai bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Betapapun kemajuan teknologi yang begitu cepat dalam berbagai hal, bukan berarti malah menjadikan kemajuan itu sebagai senjata yang meracuni perilaku dan akhlak generasi bangsa ke arah negatif, atau mungkin sengaja membiarkan sebuah arus negatif yang akan membawa mereka kepada kehancuran. Read the rest of this post »
Comments: 8 Comments
Langganan:
Komentar (Atom)






